Akan tetapi, ia mengimbau, agar materi
pelajaran yang diberikan selama jam belajar tambahan dikemas senyaman
mungkin. Hal itu diperlukan untuk memacu kreatifitas anak-anak sejalan
dengan diberikannya waktu bereksperimen atau mempraktekkan mata
pelajaran seperti Matematika terapan, Fisika dan Kimia terapan,
Kewirausahaan terapan, dan kegiatan sosial lainnya.
"Tentu bagus, jadi seperti sekolah
asrama. Mata pelajarannya disampaikan dengan nyaman, dan mengedepankan
mata pelajaran terapan," kata Raihan kepada Kompas.com, Rabu (19/9/2012)
pagi, di Jakarta.
Namun, Raihan menambahkan, sebelum
rencana menambah jam belajar di sekolah itu benar-benar direalisasikan,
pemerintah dituntut untuk meningkatkan kapasitas guru-gurunya. Baik
secara konten, mau pun metodologi pengajarannya. Ia mengusulkan, para
guru sebaiknya diberikan pendidikan tambahan sehingga metode
pengajarannya tidak konvensional, melainkan interaktif guna menciptakan
suasana belajar di kelas yang menyenangkan.
"Kami setuju jika itu bermanfaat bagi
siswa. Namun, jika program itu tidak diikuti kualitas gurunya maka akan
sia-sia. Tambahkan lagi games yang bermanfaat dan merangsang kreatifitas
di diri siswa," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, rencana
menambah jam belajar di sekolah ini dilontarkan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh. Alasannya, untuk meminimalisir
waktu anak-anak di luar sekolah. Pasalnya, Mendikbud menilai ada potensi
perilaku negatif yang lebih besar saat anak-anak memiliki banyak waktu
di luar sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar